Cerpen: Cinta dari Tengah Hujan (Part 2)
Ditulis pada: Januari 14, 2022
Judul : Cerpen: Cinta dari Tengah Hujan (Part 2)
link : Cerpen: Cinta dari Tengah Hujan (Part 2)
Cerpen: Cinta dari Tengah Hujan (Part 2)
Cinta dari Tengah Hujan
Sebuah mobil sedan terlihat melaju pelan. Mobil itu kemudian berhenti di pelataran masjid. Mobil itu adalah Hasby. Dia hendak menemui seorang gadis yang telah berhasil membuatnya tidak tenang belakangan ini, yaitu Asma. Linda bilang, setiap minggu siang waktu dzuhur, Asma selalu mengikuti pengajian di masjid ini dan pulang lepas shalat asar.
Langkah Hasby begitu tenang menyusuri luasnya pelataran masjid. Dilihatnya banyak jamaah yang memasuki masjid untuk menunaikan shalat dzhuhur, baik laki-laki maupun perempuan. Setelah berwudhu, Hasby langsung masuk ke dalam masjid dan melaksanakan shalat takhiyatal masjid. Sembari menunggu waktu dhzuhur yang lebih kurang 30 menit lagi, Hasby membaca Al-Quran dan sedikit mengulang hafalannya. Ya, Hasby memang seorang hafidz Quran.
Bagi orang yang sedang menunggu, waktu terasa berjalan begitu lambat. Hal itu dirasakan oleh Hasby. Setelah berada di masjid, yang juga mengikuti pengajian, sampai juga waktu azan asar tiba. Hasby pun menengadahkan tangannya dan berdoa di antara azan dan iqomah.
Shalat asar telah selesai. Hasbi berdiri di depan masjid sembari mengawasi pintu keluar bermaksud menunggu Asmi keluar. Satu per satu jamaah perempuan pun keluar. Akhirnya, wajah gadis yang ditunggunya ikut berduyun keluar diantara jamaah perempuan lainnya. Tapi, Hasby malah bergegas menghapiri mobilnya. Mungkin dia tidak ingin pertemuan itu terjadi di rumah Allah. Memang benar, Hasby tidak ingin melakukan sesuatu di tempat suci selain untuk beribadah. Dia ingin mencari tempat lain untuk menemuinya.
Kali itu Asma tidak membawa sepeda motor. Pelan Hasby membuntuti Asma menggunakan mobilnya. Asma berjalan sendirian menyusuri trotoar. Hasby fikir sekarang sudah waktu yang tepat, ketika Asma hendak masuk ke gang.
“Asma” panggil Hasby dengan akrab.
“mas, Hasby?” kaget asma menoleh kea rah Hasby. Langkahnya sontak terhenti dan air matanya tak bisa ditahan, menetes sendirinya membasahi pipi lembut itu. wajah Asma berubah menjadi murung. Detak jantungnya tak terkontrol seakan ingin meledak. Sekuat tenaga ia menahan diri untuk tetap dalam control. Dia Kembali menatap ke depan dan berjalan lebih cepat dari sebelumnya.
Hasby pun turun dari mobil dan mengejar Asma yang berjalan semakin cepat. Tak ada pilihan, Hasby menggenggam erat pergelangan tangan Asma sebab Asma tak kunjung berhenti.
“lepas, mas” mohon Asma.
“maaf, Asma. Cuma ini yang bisa aku lakukan untuk menghentikan tingkahmu yang selalu aneh dan menjauhiku. Apa aku ada salah? Atau aku membuatmu takut? Kalau memang iya, aku minta maaf” Hasby sedikit memohon. “tapi tolong dengerin aku dulu. Aku hanya ingin kita kenal lebih deket, aku ingin berta’aruf” sambung Hasby dengan genggamannya yang masih erat di pergelangan Asmi.
"Lepas, mas!" Asma mulai kehabisan cara untuk melepaskan genggaman Hasby.
"Baik, aku ngga akan memaksamu lagi. Aku akan pergi dari hadapanmu dan ngga akan Kembali lagi. Dan aku juga mungkin terlalu tergesa-gesa. Aku Cuma ingin tau kenapa kamu selalu sedih pas ada aku. Itu juga kalau bersedia. Maaf sudah mengganggu” ucap Hasby sambil melepas genggamannya dan kecewa. “Assalamualaikum” tutup Hasby dan pergi. Asma diam. Matanya sayu kosong tanpa pemikiran.
Asma tetap berada di dalam awang-awang masa lalunya. Terjebak dalam sebuah kesedihan yang telah diingatkan oleh kehadiran Hasby. Entah sebuah kiyah macam apa, tidak ada yang dapat menjawab. Asma tetap membekukan kenangannya itu di dalam benaknya sendirian. Namun, ajakan Hasby untuk ta’aruf tidak membuat semua kesedihan redam. Ia mengacuhkan segala perbuatan Hasby. Mungkin Asma takut mengecewakan Hasby karena masih terjebak di masa lalu, atau takut perasaannya ke Hasby adalah pelampiasan masa lalu, tidak benar-benar untuk Hasby. Yang jelas, Asma menginginkan hal yang terbaik.
Akhirnya, Asma pulang ke kost dengan rasa campur aduk. Sambil memikirkan ucapan Hasby yang tidak akan pernah menemuinya. Walau agak ragu, Asma sedikit menyayangkan hal tersebut karena memang dari awal Asma memang memiliki perasaan yang entah ap aitu. Namun Asma juga maklum dan menerima, semua itu adalah hal yang ia lakukan.
Demikianlah Artikel Cerpen: Cinta dari Tengah Hujan (Part 2)
Anda sekarang membaca artikel Cerpen: Cinta dari Tengah Hujan (Part 2) dengan alamat link https://www.diajar.net/2022/01/cerpen-cinta-dari-tengah-hujan-part-2.html